Ruang Ekspresi dari Bali

Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan

Jumat, 05 Desember 2025

Gelar Wisuda IX, Royal Bali College Cetak Tenaga Kerja Kelas Global: Bali Mantapkan Diri sebagai Pusat SDM Hospitality Dunia!

Foto: Suasana Wisuda IX LPK Royal Bali College (RBC), di Prama Sanur Beach Bali Hotel, Denpasar, pada Jumat, 5 Desember 2025.

Denpasar (aspirasibali.my.id)

Lembaga pelatihan perhotelan ternama di Bali, LPK Royal Bali College (RBC), kembali menegaskan reputasinya sebagai pencetak tenaga profesional unggulan untuk industri hospitality internasional. Pada Jumat, 5 Desember 2025, lembaga ini menggelar Wisuda IX di Prama Sanur Beach Bali Hotel, Denpasar, dengan jumlah lulusan mencapai 373 wisudawan dari program Diploma I dan Diploma II.

Acara berlangsung meriah dan menjadi momentum penting bagi para lulusan yang kini hampir seluruhnya telah terserap di dunia kerja, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Sebagian bahkan sudah mulai bekerja sebagai daily worker sembari menunggu penempatan tetap dari jaringan mitra RBC.

Wisuda kali ini dihadiri sejumlah pejabat, di antaranya Direktur Pembinaan Kelembagaan Vokasi Pekerja Migran Indonesia, Abri Danar Prabawa, S.E., M.P.A, Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan ESDM Provinsi Bali, Ir. Ida Bagus Setiawan ST., M.Si., Ketua Yayasan Manggala Widya Sastra (MWS) I Nyoman Kariyasa, serta salah satu pendiri Royal Bali College, Putu Alit Budi Sastrawan, Amd.Par, CHt, MTA, SH. Hadir pula tokoh perbankan, perhotelan, dan mitra penempatan tenaga kerja dari dalam dan luar negeri.

Sebanyak 373 lulusan tahun ini berasal dari tujuh program studi yang berorientasi pada kebutuhan industri hospitality global, yaitu:

•Diploma I: Front Office, Food & Beverage Service, Food & Beverage Product, Bar, Housekeeping

•Diploma II: Butler, F&B Division

Program Diploma II memberikan pelatihan dua tahun penuh sehingga menghasilkan lulusan yang berkompeten dan siap bersaing di berbagai sektor perhotelan internasional.

Royal Bali College memiliki keunggulan penting yang tidak dimiliki banyak lembaga pelatihan lain, yakni dua agen penyalur tenaga kerja internal kampus, yaitu: PT. ISS Management dan PT. Royal Bali Internusa.

Kedua agen ini memberikan prioritas khusus bagi alumni RBC, mempermudah proses penempatan kerja secara legal dan terstruktur. Selain itu, RBC juga bekerja sama dengan berbagai stakeholder internasional untuk penempatan tenaga kerja di darat maupun sektor hospitality global.

Hasilnya, Royal Bali College mencatat hampir 100 persen penyerapan lulusan pada tahun ini. Para alumni banyak diterima di perusahaan-perusahaan top, terutama hotel bintang lima di luar negeri, menjadikan lulusan RBC sebagai salah satu yang paling dicari di pasar kerja internasional.

Selain kompetensi teknis, kampus ini juga menekankan pembentukan karakter, etika profesional, dan kemampuan adaptasi sebagai bekal untuk memasuki industri yang sangat kompetitif.

Ketua Yayasan Manggala Widya Sastra (MWS) I Nyoman Kariyasa, menyampaikan rasa syukur dan kebanggaan atas penyelenggaraan Wisuda IX yang berlangsung dengan kapasitas penuh.

 “Setelah sekian tahun, hari ini kami menyelenggarakan graduation ke-9 dengan pencapaian, full house, penuh sesuai kapasitas yang kami miliki. Hal ini menunjukkan besarnya kepercayaan para orang tua dan masyarakat terhadap lembaga pelatihan kami, katanya”

Ia juga memberikan apresiasi kepada para instruktur, mitra perbankan, hotel, hingga tamu undangan internasional yang turut membuka peluang kerja bagi para mahasiswa.

 “We are strong because we are together. We support each other," tuturnya.

Sebagai pesan khusus kepada para wisudawan, ia mengingatkan bahwa dunia kerja adalah babak baru yang menuntut konsistensi peningkatan kemampuan diri.

“You have to improve everything, your skills, your knowledge, your experiences. Ambil setiap kesempatan yang ada. You have to put yourself at a higher level,” tegasnya.

Direktur Pembinaan Kelembagaan Vokasi Pekerja Migran Indonesia, Abri Danar Prabawa, S.E., M.P.A., dalam sambutannya menegaskan dukungan penuh pemerintah terhadap penguatan kualitas calon pekerja migran, khususnya dari sektor hospitality yang menjadi keunggulan Bali.

“Selamat sekali lagi untuk adik-adik yang hari ini akan diwisuda. Semoga ke depan kalian meraih kesuksesan,” ujarnya.

Ia menyampaikan apresiasi kepada Royal Bali College atas penyelenggaraan Wisuda IX dan kesempatan bagi BP2MI untuk hadir. Menurutnya, Bali memiliki posisi strategis sebagai daerah pemasok tenaga kerja hospitality berkualitas.

“Bali sangat potensial untuk menghasilkan hospitality worker yang berkualitas. Secara pribadi, saya tidak melihat masalah terhadap hal itu; justru kami mendukung,” katanya.

Abri menjelaskan bahwa transformasi BP2MI dari badan menjadi kementerian merupakan bentuk komitmen pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo dalam memperkuat perlindungan dan penyiapan tenaga kerja migran Indonesia.

Ia juga memaparkan program pemerintah untuk menyiapkan 500 ribu tenaga kerja siap kerja ke luar negeri, dengan 300 ribu berasal dari alumni SMK dan 200 ribu dari masyarakat umum. Sektor hospitality menjadi prioritas utama, dan Bali disebut sebagai salah satu fokus pengembangan.

 “Ketika mendengar sektor hospitality, saya langsung melihat peta Bali, memang Bali pasti menjadi salah satu fokus utama,” ujarnya.

Menurut Abri, peluang kerja di luar negeri sangat luas. Data BP2MI mencatat terdapat 351 jenis lowongan pekerjaan, dan khusus sektor hospitality saja tersedia hampir 20 ribu lowongan.

Namun, ia menekankan masih adanya tantangan besar dalam mempersiapkan pekerja migran Indonesia, terutama kompetensi bahasa dan mentalitas kerja.

 “Salah satu kendala utamanya adalah kompetensi bahasa. Ini sangat menentukan. Selain bahasa, mentalitas kerja juga penting. Bekerja di luar negeri tidak semudah yang terlihat,” jelasnya.

Ia menjelaskan bahwa banyak persoalan yang dihadapi PMI justru muncul dari aspek non-teknis, seperti ketidakmampuan beradaptasi dengan cuaca dingin, makanan, atau lingkungan kerja baru. Karena itu, persiapan harus dilakukan sejak awal agar Indonesia mampu memaksimalkan peluang kerja global.

 “Kita harus siap bersaing. Indonesia harus mampu mengoptimalkan peluang kerja di luar negeri,” tegasnya.

Abri menegaskan bahwa BP2MI bersama kementerian terkait akan terus memperkuat standar vokasi dan memastikan hadirnya dukungan bagi lembaga pelatihan agar mampu menghasilkan tenaga kerja yang kompeten secara teknis maupun soft skills.

Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan ESDM Provinsi Bali, Ir. Ida Bagus Setiawan ST., M.Si., menegaskan pentingnya literasi dan edukasi bagi calon Pekerja Migran Indonesia (PMI). Ia menyampaikan apresiasi atas capaian lembaga Royal Bali College yang dinilai sudah semakin matang.

“Kita semua bersyukur dapat hadir dalam Wisuda ke-9 Bali Royal College. Jika ini adalah wisuda yang ke-9, berarti usia lembaga ini sudah cukup matang,” ujarnya. 

Menurut Setiawan, lulusan angkatan ke-9 ini memiliki nilai strategis, terlebih setelah mendapatkan sesi literasi dan edukasi dari pemerintah pusat melalui Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI). Ia mengungkapkan bahwa hingga kini pengaduan mengenai PMI masih terus diterima pemerintah daerah.

“Hingga hari ini, kami masih menerima berbagai laporan dan pengaduan, salah satunya terkait permasalahan Pekerja Migran Indonesia,” katanya.

Meski pemerintah pusat maupun daerah telah berulang kali menyosialisasikan prosedur kerja ke luar negeri, Setiawan menyebut masih banyak calon pekerja migran yang berangkat tanpa melakukan pengecekan informasi atau mengikuti prosedur resmi.

“Mereka berangkat tanpa prosedur yang semestinya. Hal ini tentu menjadi beban negara apabila terjadi masalah di luar negeri, dan setiap pengaduan yang masuk menandakan adanya persoalan nyata. Ini masih terus terjadi,” tegasnya.

Karena itu, literasi bagi calon pekerja migran dinilai semakin mendesak. Ia menyebutkan gagasan untuk menghadirkan kuliah umum khusus menjelang wisuda bagi mereka yang berminat bekerja di luar negeri.

“Tujuannya agar mereka mendapatkan pemahaman yang konkret dan komprehensif sebagai bekal awal,” kata Setiawan.

Ia menegaskan bahwa pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota memiliki pandangan yang sama bahwa bekerja adalah hak setiap warga negara, termasuk bekerja di luar negeri. Namun, ada dua aspek penting yang wajib dipenuhi calon PMI.

“Pertama, hak CPMI atau PMI untuk mendapatkan pekerjaan sesuai kontrak: sesuai kualifikasi, sesuai gaji, dan sesuai perjanjian kerja. Kedua, jaminan perlindungan. Dua hal ini mutlak harus dipahami dan dipenuhi sebelum berangkat ke luar negeri,” jelasnya.

Lebih jauh, Setiawan mengungkapkan bahwa pemerintah daerah kini memperkuat pelatihan vokasi melalui tujuh Balai Latihan Kerja (BLK) yang telah bertransformasi. Tahun ini, BLK Provinsi mulai memberikan pelatihan khusus bagi CPMI/PMI sebagai bentuk peningkatan keterampilan, termasuk uji coba pelatihan untuk 50 peserta.

“Salah satu tantangan terbesar adalah kompetensi bahasa. Sementara bahasa tidak bisa dipelajari hanya dengan beberapa jam pelajaran atau beberapa hari pelatihan,” katanya.

Selain pelatihan bahasa, peserta juga mendapatkan pelatihan keterampilan dasar seperti tindakan pertama pada kecelakaan dan penanganan awal serangan jantung. Program ini, lanjutnya, sejalan dengan strategi penguatan vokasi pemerintah pusat melalui P2MI.

“Harapannya pada 2026, implementasi dan strategi penguatan vokasi dapat berjalan lebih optimal, baik bagi mereka yang akan bekerja ke luar negeri maupun yang akan bekerja di dalam negeri,” ujarnya.

Salah satu pendiri Royal Bali College, Putu Alit Budi Sastrawan, Amd.Par, CHt, MTA, SH, menegaskan komitmen lembaganya untuk terus mencetak lulusan yang kompeten dan memenuhi tuntutan industri kerja, baik di dalam maupun luar negeri. 

“Kami di Royal Bali College siap membimbing, mengarahkan, dan mencetak lulusan yang benar-benar berkompeten sesuai kebutuhan industri,” ujar Putu Alit. 

"Industri hospitality terus berkembang dan standar global semakin tinggi. Karena itu, kami memastikan setiap peserta didik dibekali kompetensi yang relevan, mulai dari keterampilan teknis hingga soft skills,” imbuhnya.

Ia menegaskan bahwa penting bagi lembaga pelatihan untuk adaptif terhadap perubahan peta kebutuhan tenaga kerja, terutama karena peluang bekerja di luar negeri semakin terbuka. Putu Alit menyampaikan bahwa pihaknya siap menjalin kerja sama lebih erat dengan pemerintah pusat, khususnya dengan Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI).

“Kami siap bersinergi dengan pemerintah pusat, provinsi, maupun kabupaten/kota, terutama dalam hal penyelarasan kurikulum dan standar vokasi,” jelasnya. 

Selain itu, Putu Alit menekankan bahwa Royal Bali College tidak hanya berfokus pada kemampuan teknis, tetapi juga pembentukan karakter dan kesiapan mental bagi para lulusan. Menurutnya, banyak tantangan yang dihadapi pekerja migran di luar negeri tidak terkait kemampuan kerja, melainkan adaptasi dan mentalitas.

“Kecakapan teknis saja tidak cukup. Mentalitas kerja, adaptasi terhadap budaya baru, kemampuan bahasa, dan ketahanan diri adalah aspek-aspek penting yang terus kami tanamkan,” katanya. 

Ia juga mengapresiasi kehadiran para pejabat dari kementerian dan pemerintah daerah pada acara wisuda tersebut, yang menurutnya menjadi bukti adanya perhatian dan komitmen bersama untuk menciptakan tenaga kerja profesional dari Bali.

“Dengan dukungan pemerintah, dunia industri, dan para mitra kerja, saya yakin lulusan Bali Royal College dapat menjadi bagian dari SDM unggul yang membanggakan Bali dan Indonesia,” pungkasnya.

Dengan beragam program studi, dukungan instruktur berpengalaman, jaringan penempatan tenaga kerja yang luas, serta kerja sama kuat dengan pemerintah dan stakeholder internasional, Royal Bali College kembali membuktikan diri sebagai salah satu institusi vokasi terbaik di Bali.

Wisuda IX ini bukan hanya menjadi penanda keberhasilan para lulusan, tetapi juga cerminan komitmen RBC dalam membangun SDM unggul yang siap bersaing di tingkat global, menjadikan Bali sebagai pusat penyedia tenaga kerja hospitality kelas dunia.

Share:

Rabu, 29 Oktober 2025

SDM Bali Masih Jadi Incaran Industri Kapal Pesiar Dunia, Dewa Mahendra: Etos Kerja dan Profesionalitas Jadi Daya Tarik Utama


Foto: Direktur PT Inti Gema Nusantara (Cast-A-Way) Indonesia, I Dewa Gde Mahendra Data.

Denpasar (AspirasiBali)

Sumber daya manusia (SDM) asal Bali kembali menunjukkan daya saing tinggi di kancah global. Hal ini terlihat dari tingginya minat perusahaan kapal pesiar internasional, termasuk Royal Caribbean Group, terhadap tenaga kerja asal Pulau Dewata. Reputasi SDM Bali yang dikenal beretika, disiplin, dan memiliki etos kerja kuat menjadikan mereka salah satu pilihan utama bagi perusahaan global di industri hospitality dan pariwisata dunia.

Salah satu bukti nyata tingginya kepercayaan tersebut tampak dalam kegiatan final interview yang digelar PT Inti Gema Nusantara (Cast-A-Way) Indonesia bekerja sama dengan Royal Caribbean Group, pada 29–30 Oktober di Grand Palace Sanur, Denpasar. Sebanyak 500 calon tenaga kerja mengikuti seleksi akhir yang menentukan langkah mereka menuju karier di kapal pesiar internasional.

Direktur PT Inti Gema Nusantara (Cast-A-Way) Indonesia, I Dewa Gde Mahendra Data, menegaskan bahwa minat perusahaan asing terhadap SDM Bali tidak terlepas dari kemampuan dan mentalitas kerja yang sudah teruji.

 “Benar sekali, hampir seluruh perusahaan luar negeri sangat antusias mempekerjakan tenaga kerja dari Bali. SDM Bali sudah berpengalaman, khususnya di sektor hospitality. Bali dikenal sebagai destinasi wisata kelas dunia, sehingga masyarakatnya memiliki kemampuan dan etos kerja yang diakui secara internasional,” ungkap Dewa Mahendra.

Ia menjelaskan, sebagai agensi resmi mitra Royal Caribbean Group, PT Inti Gema Nusantara berkomitmen menjaga kualitas rekrutmen agar para kandidat dari Bali dan Indonesia mampu memenuhi standar kerja internasional.

“Tujuan kami sebagai agensi adalah menjaga standar kualitas dari para kandidat. Khususnya bagi generasi muda Bali, kami menerapkan standarisasi yang ketat, baik dari sisi kualifikasi, pengalaman, maupun pengetahuan. Semua itu harus sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh pihak Royal Caribbean,” katanya.

Lebih lanjut, Dewa Mahendra berharap agar para peserta yang lolos seleksi dapat mempertahankan integritas dan profesionalitas saat bekerja di kapal pesiar.

 “Besar harapan kami, semoga generasi muda Bali dan Indonesia bisa menjaga kualitas di tempat bekerja dan membawa nama Indonesia dan Bali ke kancah internasional,” ujarnya.

Ia juga menambahkan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen PT Inti Gema Nusantara untuk terus membuka akses kerja berkualitas bagi generasi muda yang ingin meniti karier global.

Sementara itu, Suardi, Executive Housekeeper Royal Caribbean Group yang telah berkarier selama 26 tahun, turut hadir dalam sesi wawancara akhir. Ia mengapresiasi profesionalitas PT Inti Gema Nusantara serta semangat para kandidat yang mengikuti seleksi.

 “Saya berharap semua peserta bisa tampil maksimal pada interview hari ini. Jika mereka sudah melalui proses seleksi awal dari agensi, saya 100% yakin mereka bisa lolos. Kali ini, saya melihat semangat mereka luar biasa tinggi untuk bisa bekerja di kapal pesiar,” ujarnya.

Menurutnya, kerja keras dan kepercayaan diri menjadi kunci utama untuk sukses di dunia kerja internasional.

“Kepercayaan diri, confidence, itu yang paling penting. Bekerja di kapal pesiar membutuhkan mental yang kuat dan kesiapan penuh. Di sana kerja keras adalah kunci. Kalau mentalnya lemah, sulit untuk bertahan,” tutur Suardi.

Ia menambahkan, mentalitas dan profesionalitas menjadi faktor utama yang membedakan pekerja sukses di kapal pesiar.

“Di kapal pesiar, setiap pekerja akan menjalani masa probation selama tiga bulan. Dalam masa itu, manajemen akan menilai kemampuan, etika kerja, dan kesesuaian mereka dengan lingkungan kapal. Jadi, siapa pun yang ingin sukses harus siap mental, disiplin, dan bersemangat tinggi,” pungkasnya.

Kegiatan final interview ini tidak hanya membuka peluang kerja, tetapi juga menjadi simbol kuatnya kepercayaan dunia terhadap SDM Bali. Dengan etos kerja yang tinggi, profesionalitas, dan semangat untuk maju, tenaga kerja Bali terus menjadi andalan industri kapal pesiar internasional, mengharumkan nama Indonesia di kancah global.

Share:

PT Inti Gema Nusantara (Cast-A-Way) Indonesia Gelar Final Interview Bersama Royal Caribbean Group: Wujudkan Mimpi Anak Muda Berkarier di Kapal Pesiar!

Foto: Suasana final interview calon tenaga kerja pesiar yang digelar oleh PT Inti Gema Nusantara (Cast-A-Way) Indonesia bersama Royal Caribbean Group, di Grand Palace Hotel, Sanur Denpasar, Rabu 29 Oktober 2025.

Denpasar (AspirasiBali)

Ratusan calon tenaga kerja asal Bali dan berbagai daerah mengikuti final interview bersama perusahaan kapal pesiar ternama dunia, Royal Caribbean Group. Kegiatan ini digelar oleh PT Inti Gema Nusantara (Cast-A-Way) Indonesia, yang menjadi mitra resmi Royal Caribbean dalam proses rekrutmen tenaga kerja, dan berlangsung selama dua hari, 29–30 Oktober, di Grand Palace Sanur, Denpasar.

Sedikitnya 500 calon pekerja berpartisipasi dalam tahap akhir seleksi ini. Mereka diwawancarai langsung oleh tim Royal Caribbean Group untuk menentukan kandidat terbaik yang siap berkarier di industri kapal pesiar internasional.

Direktur PT Inti Gema Nusantara (Cast-A-Way) Indonesia, I Dewa Gde Mahendra Data, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk nyata komitmen perusahaan dalam membuka peluang kerja berkualitas bagi generasi muda Indonesia.

“Hari ini PT Inti Gema Nusantara (Cast-A-Way) Indonesia mengadakan final interview dengan salah satu klien kami, Royal Caribbean Group. Harapan besar kami, terutama bagi generasi muda di Bali dan Indonesia pada umumnya, adalah agar mereka bisa mendapatkan kesempatan kerja yang lebih baik dan berkualitas,” ujar Dewa Mahendra.

Ia menegaskan bahwa pihaknya terus menjaga standar rekrutmen yang ketat untuk memastikan kualitas para kandidat sesuai dengan kriteria perusahaan kapal pesiar dunia.

 “Tujuan kami sebagai agensi adalah menjaga standar kualitas dari para kandidat. Khususnya bagi generasi muda Bali, kami menerapkan standarisasi yang ketat, baik dari sisi kualifikasi, pengalaman, maupun pengetahuan. Semua itu harus sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh pihak Royal Caribbean,” lanjutnya.

Dewa Mahendra juga mengungkapkan bahwa minat perusahaan internasional terhadap tenaga kerja asal Bali masih sangat tinggi. Hal ini tak lepas dari reputasi SDM Bali yang telah diakui dunia dalam industri pariwisata dan hospitality.

“Benar sekali, hampir seluruh perusahaan luar negeri sangat antusias mempekerjakan tenaga kerja dari Bali. SDM Bali sudah berpengalaman, khususnya di sektor hospitality. Bali dikenal sebagai destinasi wisata kelas dunia, sehingga masyarakatnya memiliki kemampuan dan etos kerja yang diakui secara internasional,” katanya.

Ia berharap agar para peserta yang lolos nantinya dapat menjaga kualitas kerja dan membawa nama baik Indonesia di kancah global.

“Besar harapan kami, semoga generasi muda Bali dan Indonesia bisa menjaga kualitas di tempat bekerja dan membawa nama Indonesia dan Bali ke kancah internasional,” tutupnya.

Sementara itu, Suardi, Executive Housekeeper Royal Caribbean Group yang telah berkarier selama 26 tahun di perusahaan tersebut, turut hadir sebagai panelis dalam sesi wawancara. Ia mengapresiasi semangat dan kesiapan para peserta yang mengikuti seleksi.

“Saya berharap semua peserta bisa tampil maksimal pada interview hari ini. Jika mereka sudah melalui proses seleksi awal dari agensi, saya 100% yakin mereka bisa lolos. Kali ini, saya melihat semangat mereka luar biasa tinggi untuk bisa bekerja di kapal pesiar,” ujarnya.

Menurut Suardi, kerja sama dengan agensi profesional seperti PT Inti Gema Nusantara (Cast-A-Way) Indonesia membuat proses rekrutmen berjalan transparan dan berkualitas.

“Kami bekerja sama dengan agensi ternama dan terpercaya di Bali. Dengan begitu, proses rekrutmen berjalan profesional dan transparan. Kualitas para kandidat yang direkomendasikan juga sudah sesuai dengan standar perusahaan,” katanya.

Sebagai seorang yang telah meniti karier selama lebih dari dua dekade di Royal Caribbean, Suardi juga berbagi pengalaman dan pesan penting bagi para calon pekerja muda.

“Kepercayaan diri, confidence, itu yang paling penting. Bekerja di kapal pesiar membutuhkan mental yang kuat dan kesiapan penuh. Di sana kerja keras adalah kunci. Kalau mentalnya lemah, sulit untuk bertahan,” jelasnya.

Ia menambahkan, semua keberhasilannya hingga mencapai posisi penting di perusahaan berawal dari mental kuat dan kerja keras tanpa henti.

“Saya sudah bekerja di Royal Caribbean selama 26 tahun. Semua itu bisa saya capai berkat kepercayaan diri dan kerja keras. Alhamdulillah, sekarang saya sudah dipercaya memegang posisi penting di perusahaan,” ungkapnya.

Suardi juga menekankan pentingnya disiplin dan profesionalitas sebagai modal utama untuk bertahan di dunia kerja kapal pesiar.

“Kalau kalian punya mimpi bekerja di kapal pesiar, wujudkan dengan kerja keras. Buktikan bahwa kalian layak berada di sana. Di kapal, tidak ada yang instan, semua dinilai dari dedikasi dan profesionalitas,” ujarnya.

Menurutnya, mentalitas dan semangat kerja merupakan faktor utama yang menentukan kesuksesan.

 “Betul, mentalitas dan semangat itu nomor satu. Di kapal pesiar, setiap pekerja akan menjalani masa probation selama tiga bulan. Dalam masa itu, manajemen akan menilai kemampuan, etika kerja, dan kesesuaian mereka dengan lingkungan kapal. Jadi, siapa pun yang ingin sukses harus siap mental, disiplin, dan bersemangat tinggi,” pungkasnya.

Kegiatan final interview ini diharapkan dapat menjadi momentum penting bagi generasi muda Bali untuk menembus dunia kerja internasional. Selain membuka peluang karier, ajang ini juga menjadi bentuk nyata kontribusi sektor ketenagakerjaan Bali dalam memperkuat citra profesionalisme SDM Indonesia di mata dunia.

Share:

Sabtu, 25 Oktober 2025

Ketua STISPOL Wira Bhakti Denpasar, Dr. Sugiartana Dorong Penguatan Pendidikan Karakter Pancasila untuk Tangkal Perundungan di Dunia Pendidikan

Foto: Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Politik (STISPOL) Wira Bhakti Denpasar, Dr. I Wayan Sugiartana, ST., M.M.

Denpasar (AspirasiBali)

Maraknya kasus perundungan (bullying) di lingkungan pendidikan belakangan ini menjadi sorotan serius berbagai kalangan. Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Politik (STISPOL) Wira Bhakti Denpasar, Dr. I Wayan Sugiartana, ST., M.M., menyebut fenomena ini sebagai potret memprihatinkan dari lunturnya pendidikan karakter dan moral di tengah kemajuan zaman.

Menurutnya, kasus perundungan yang kini banyak terjadi di sekolah maupun kampus merupakan tantangan pendidikan dalam menyeimbangkan antara pengetahuan akademik dan pembentukan karakter. 

Dr. Sugiartana menilai bahwa dunia pendidikan saat ini terlalu fokus pada capaian akademis, sementara aspek pembentukan moral dan kepribadian siswa serta mahasiswa sering terabaikan. Padahal, menurutnya, pendidikan sejati tidak hanya mencetak individu yang cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat secara mental, santun dalam bersikap, dan berjiwa sosial.

" Institusi pendidikan harus mulai berpikir untuk menciptakan output yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki mental yang kuat," katanya.

Akademisi yang dikenal humanis ini mencontohkan bahwa pendidikan karakter berwawasan Pancasila telah sejak lama diterapkan di STISPOL Wira Bhakti Denpasar. Upaya tersebut menjadi bagian penting dari proses pembelajaran agar mahasiswa tidak hanya unggul dalam bidang akademik, tetapi juga memiliki karakter kuat, beretika, dan berjiwa sosial.

Dr. Sugiartana menegaskan bahwa pendidikan karakter merupakan ruh dari dunia akademik yang tidak boleh diabaikan.

 “Kami berkomitmen membentuk mahasiswa yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki akhlak mulia, bermental tangguh, dan mampu menjadi teladan di tengah masyarakat,” ujarnya.

Ia menambahkan, penerapan nilai-nilai Pancasila di lingkungan kampus STISPOL Wira Bhakti dilakukan secara konsisten melalui kegiatan akademik maupun nonakademik. Mahasiswa diajak untuk menumbuhkan sikap saling menghargai, menghormati perbedaan, serta menumbuhkan rasa empati terhadap sesama.

 “Dengan pendidikan karakter yang kuat, kami berharap para lulusan STISPOL Wira Bhakti dapat menjadi generasi yang berintegritas, berjiwa kepemimpinan, dan siap mengabdi bagi bangsa,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Sugiartana menjelaskan bahwa pendidikan karakter berbasis Pancasila memiliki peran sentral dalam membentuk generasi berjiwa nasionalis, berempati, dan bertanggung jawab. 

“Pendidikan moral Pancasila harus dikembalikan seperti dulu. Di situlah lahir pribadi yang Pancasilais, yang memiliki rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri, lingkungan, dan sesama manusia,” jelasnya.

Ia menambahkan, nilai-nilai Pancasila tidak hanya penting diajarkan dalam mata pelajaran formal, tetapi harus diinternalisasikan dalam keseharian kampus dan sekolah, baik melalui perilaku pendidik maupun kegiatan kemahasiswaan. 

“Semangat kepahlawanan dan tanggung jawab sosial perlu ditanamkan sejak dini. Jika siswa dan mahasiswa memahami sebab-akibat dari setiap tindakan mereka, maka kasus perundungan bisa dicegah sejak awal,” tambahnya.

Tak hanya peserta didik, Sugiartana juga menyoroti peran besar para pendidik. Menurutnya, guru dan dosen memiliki tanggung jawab moral untuk menjadi teladan. 

“Sebagai pendidik, kita tidak boleh apatis. Kita harus tahu apa yang harus dilakukan dalam menghadapi kasus perundungan. Pendidik adalah pembimbing karakter, bukan sekadar penyampai materi pelajaran,” ujarnya.

Dalam konteks perkembangan teknologi dan media sosial yang semakin masif, Sugiartana juga mengingatkan pentingnya literasi digital dan etika bermedia bagi generasi muda. Ia menilai bahwa penyalahgunaan media sosial sering menjadi pemicu munculnya perundungan daring (cyberbullying) yang tak kalah berbahaya dibanding perundungan fisik.

“Teknologi tidak salah, handphone tidak salah, komputer tidak salah. Yang salah adalah penggunanya. Karena itu, penting bagi generasi muda memiliki mentality dan pengetahuan untuk menggunakan teknologi secara bijak dan sesuai etika,” pesannya.

Ia juga mengajak generasi muda untuk melakukan introspeksi diri di tengah derasnya arus globalisasi dan kemajuan teknologi. Menurutnya, kemampuan reflektif menjadi bagian penting dari pembentukan karakter unggul. 

“Mari kita introspeksi diri, apa yang sebaiknya kita lakukan dan apa yang seharusnya tidak. Dunia digital harus kita hadapi dengan kesadaran dan tanggung jawab moral,” tambahnya.

Dr. Sugiartana berharap agar seluruh elemen pendidikan, mulai dari institusi, pendidik, hingga peserta didik, bersatu dalam upaya mengembalikan semangat pendidikan berjiwa Pancasila. 

“Jika nilai-nilai kebangsaan, etika, dan kemanusiaan kembali ditanamkan secara konsisten, maka kasus perundungan tidak hanya bisa diminimalisir, tetapi juga dapat mengantarkan kita menuju generasi muda yang tangguh, berkarakter, dan berempati,” tegasnya.

Pendidikan karakter Pancasila bukan sekadar konsep ideal, melainkan kebutuhan mendesak untuk menyelamatkan masa depan bangsa dari krisis moral dan degradasi empati.

 “Membangun manusia Indonesia bukan hanya soal mencetak sarjana, tapi juga membentuk pribadi yang berjiwa luhur dan menghargai sesama,” pungkasnya.

Share:

Kategori

Arquivo do blog

Definition List

Support