Denpasar (aspirasibali.my.id)
Lembaga pelatihan perhotelan ternama di Bali, LPK Royal Bali College (RBC), kembali menegaskan reputasinya sebagai pencetak tenaga profesional unggulan untuk industri hospitality internasional. Pada Jumat, 5 Desember 2025, lembaga ini menggelar Wisuda IX di Prama Sanur Beach Bali Hotel, Denpasar, dengan jumlah lulusan mencapai 373 wisudawan dari program Diploma I dan Diploma II.
Acara berlangsung meriah dan menjadi momentum penting bagi para lulusan yang kini hampir seluruhnya telah terserap di dunia kerja, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Sebagian bahkan sudah mulai bekerja sebagai daily worker sembari menunggu penempatan tetap dari jaringan mitra RBC.
Wisuda kali ini dihadiri sejumlah pejabat, di antaranya Direktur Pembinaan Kelembagaan Vokasi Pekerja Migran Indonesia, Abri Danar Prabawa, S.E., M.P.A, Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan ESDM Provinsi Bali, Ir. Ida Bagus Setiawan ST., M.Si., Ketua Yayasan Manggala Widya Sastra (MWS) I Nyoman Kariyasa, serta salah satu pendiri Royal Bali College, Putu Alit Budi Sastrawan, Amd.Par, CHt, MTA, SH. Hadir pula tokoh perbankan, perhotelan, dan mitra penempatan tenaga kerja dari dalam dan luar negeri.
Sebanyak 373 lulusan tahun ini berasal dari tujuh program studi yang berorientasi pada kebutuhan industri hospitality global, yaitu:
•Diploma I: Front Office, Food & Beverage Service, Food & Beverage Product, Bar, Housekeeping
•Diploma II: Butler, F&B Division
Program Diploma II memberikan pelatihan dua tahun penuh sehingga menghasilkan lulusan yang berkompeten dan siap bersaing di berbagai sektor perhotelan internasional.
Royal Bali College memiliki keunggulan penting yang tidak dimiliki banyak lembaga pelatihan lain, yakni dua agen penyalur tenaga kerja internal kampus, yaitu: PT. ISS Management dan PT. Royal Bali Internusa.
Kedua agen ini memberikan prioritas khusus bagi alumni RBC, mempermudah proses penempatan kerja secara legal dan terstruktur. Selain itu, RBC juga bekerja sama dengan berbagai stakeholder internasional untuk penempatan tenaga kerja di darat maupun sektor hospitality global.
Hasilnya, Royal Bali College mencatat hampir 100 persen penyerapan lulusan pada tahun ini. Para alumni banyak diterima di perusahaan-perusahaan top, terutama hotel bintang lima di luar negeri, menjadikan lulusan RBC sebagai salah satu yang paling dicari di pasar kerja internasional.
Selain kompetensi teknis, kampus ini juga menekankan pembentukan karakter, etika profesional, dan kemampuan adaptasi sebagai bekal untuk memasuki industri yang sangat kompetitif.
Ketua Yayasan Manggala Widya Sastra (MWS) I Nyoman Kariyasa, menyampaikan rasa syukur dan kebanggaan atas penyelenggaraan Wisuda IX yang berlangsung dengan kapasitas penuh.
“Setelah sekian tahun, hari ini kami menyelenggarakan graduation ke-9 dengan pencapaian, full house, penuh sesuai kapasitas yang kami miliki. Hal ini menunjukkan besarnya kepercayaan para orang tua dan masyarakat terhadap lembaga pelatihan kami, katanya”
Ia juga memberikan apresiasi kepada para instruktur, mitra perbankan, hotel, hingga tamu undangan internasional yang turut membuka peluang kerja bagi para mahasiswa.
“We are strong because we are together. We support each other," tuturnya.
Sebagai pesan khusus kepada para wisudawan, ia mengingatkan bahwa dunia kerja adalah babak baru yang menuntut konsistensi peningkatan kemampuan diri.
“You have to improve everything, your skills, your knowledge, your experiences. Ambil setiap kesempatan yang ada. You have to put yourself at a higher level,” tegasnya.
Direktur Pembinaan Kelembagaan Vokasi Pekerja Migran Indonesia, Abri Danar Prabawa, S.E., M.P.A., dalam sambutannya menegaskan dukungan penuh pemerintah terhadap penguatan kualitas calon pekerja migran, khususnya dari sektor hospitality yang menjadi keunggulan Bali.
“Selamat sekali lagi untuk adik-adik yang hari ini akan diwisuda. Semoga ke depan kalian meraih kesuksesan,” ujarnya.
Ia menyampaikan apresiasi kepada Royal Bali College atas penyelenggaraan Wisuda IX dan kesempatan bagi BP2MI untuk hadir. Menurutnya, Bali memiliki posisi strategis sebagai daerah pemasok tenaga kerja hospitality berkualitas.
“Bali sangat potensial untuk menghasilkan hospitality worker yang berkualitas. Secara pribadi, saya tidak melihat masalah terhadap hal itu; justru kami mendukung,” katanya.
Abri menjelaskan bahwa transformasi BP2MI dari badan menjadi kementerian merupakan bentuk komitmen pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo dalam memperkuat perlindungan dan penyiapan tenaga kerja migran Indonesia.
Ia juga memaparkan program pemerintah untuk menyiapkan 500 ribu tenaga kerja siap kerja ke luar negeri, dengan 300 ribu berasal dari alumni SMK dan 200 ribu dari masyarakat umum. Sektor hospitality menjadi prioritas utama, dan Bali disebut sebagai salah satu fokus pengembangan.
“Ketika mendengar sektor hospitality, saya langsung melihat peta Bali, memang Bali pasti menjadi salah satu fokus utama,” ujarnya.
Menurut Abri, peluang kerja di luar negeri sangat luas. Data BP2MI mencatat terdapat 351 jenis lowongan pekerjaan, dan khusus sektor hospitality saja tersedia hampir 20 ribu lowongan.
Namun, ia menekankan masih adanya tantangan besar dalam mempersiapkan pekerja migran Indonesia, terutama kompetensi bahasa dan mentalitas kerja.
“Salah satu kendala utamanya adalah kompetensi bahasa. Ini sangat menentukan. Selain bahasa, mentalitas kerja juga penting. Bekerja di luar negeri tidak semudah yang terlihat,” jelasnya.
Ia menjelaskan bahwa banyak persoalan yang dihadapi PMI justru muncul dari aspek non-teknis, seperti ketidakmampuan beradaptasi dengan cuaca dingin, makanan, atau lingkungan kerja baru. Karena itu, persiapan harus dilakukan sejak awal agar Indonesia mampu memaksimalkan peluang kerja global.
“Kita harus siap bersaing. Indonesia harus mampu mengoptimalkan peluang kerja di luar negeri,” tegasnya.
Abri menegaskan bahwa BP2MI bersama kementerian terkait akan terus memperkuat standar vokasi dan memastikan hadirnya dukungan bagi lembaga pelatihan agar mampu menghasilkan tenaga kerja yang kompeten secara teknis maupun soft skills.
Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan ESDM Provinsi Bali, Ir. Ida Bagus Setiawan ST., M.Si., menegaskan pentingnya literasi dan edukasi bagi calon Pekerja Migran Indonesia (PMI). Ia menyampaikan apresiasi atas capaian lembaga Royal Bali College yang dinilai sudah semakin matang.
“Kita semua bersyukur dapat hadir dalam Wisuda ke-9 Bali Royal College. Jika ini adalah wisuda yang ke-9, berarti usia lembaga ini sudah cukup matang,” ujarnya.
Menurut Setiawan, lulusan angkatan ke-9 ini memiliki nilai strategis, terlebih setelah mendapatkan sesi literasi dan edukasi dari pemerintah pusat melalui Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI). Ia mengungkapkan bahwa hingga kini pengaduan mengenai PMI masih terus diterima pemerintah daerah.
“Hingga hari ini, kami masih menerima berbagai laporan dan pengaduan, salah satunya terkait permasalahan Pekerja Migran Indonesia,” katanya.
Meski pemerintah pusat maupun daerah telah berulang kali menyosialisasikan prosedur kerja ke luar negeri, Setiawan menyebut masih banyak calon pekerja migran yang berangkat tanpa melakukan pengecekan informasi atau mengikuti prosedur resmi.
“Mereka berangkat tanpa prosedur yang semestinya. Hal ini tentu menjadi beban negara apabila terjadi masalah di luar negeri, dan setiap pengaduan yang masuk menandakan adanya persoalan nyata. Ini masih terus terjadi,” tegasnya.
Karena itu, literasi bagi calon pekerja migran dinilai semakin mendesak. Ia menyebutkan gagasan untuk menghadirkan kuliah umum khusus menjelang wisuda bagi mereka yang berminat bekerja di luar negeri.
“Tujuannya agar mereka mendapatkan pemahaman yang konkret dan komprehensif sebagai bekal awal,” kata Setiawan.
Ia menegaskan bahwa pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota memiliki pandangan yang sama bahwa bekerja adalah hak setiap warga negara, termasuk bekerja di luar negeri. Namun, ada dua aspek penting yang wajib dipenuhi calon PMI.
“Pertama, hak CPMI atau PMI untuk mendapatkan pekerjaan sesuai kontrak: sesuai kualifikasi, sesuai gaji, dan sesuai perjanjian kerja. Kedua, jaminan perlindungan. Dua hal ini mutlak harus dipahami dan dipenuhi sebelum berangkat ke luar negeri,” jelasnya.
Lebih jauh, Setiawan mengungkapkan bahwa pemerintah daerah kini memperkuat pelatihan vokasi melalui tujuh Balai Latihan Kerja (BLK) yang telah bertransformasi. Tahun ini, BLK Provinsi mulai memberikan pelatihan khusus bagi CPMI/PMI sebagai bentuk peningkatan keterampilan, termasuk uji coba pelatihan untuk 50 peserta.
“Salah satu tantangan terbesar adalah kompetensi bahasa. Sementara bahasa tidak bisa dipelajari hanya dengan beberapa jam pelajaran atau beberapa hari pelatihan,” katanya.
Selain pelatihan bahasa, peserta juga mendapatkan pelatihan keterampilan dasar seperti tindakan pertama pada kecelakaan dan penanganan awal serangan jantung. Program ini, lanjutnya, sejalan dengan strategi penguatan vokasi pemerintah pusat melalui P2MI.
“Harapannya pada 2026, implementasi dan strategi penguatan vokasi dapat berjalan lebih optimal, baik bagi mereka yang akan bekerja ke luar negeri maupun yang akan bekerja di dalam negeri,” ujarnya.
Salah satu pendiri Royal Bali College, Putu Alit Budi Sastrawan, Amd.Par, CHt, MTA, SH, menegaskan komitmen lembaganya untuk terus mencetak lulusan yang kompeten dan memenuhi tuntutan industri kerja, baik di dalam maupun luar negeri.
“Kami di Royal Bali College siap membimbing, mengarahkan, dan mencetak lulusan yang benar-benar berkompeten sesuai kebutuhan industri,” ujar Putu Alit.
"Industri hospitality terus berkembang dan standar global semakin tinggi. Karena itu, kami memastikan setiap peserta didik dibekali kompetensi yang relevan, mulai dari keterampilan teknis hingga soft skills,” imbuhnya.
Ia menegaskan bahwa penting bagi lembaga pelatihan untuk adaptif terhadap perubahan peta kebutuhan tenaga kerja, terutama karena peluang bekerja di luar negeri semakin terbuka. Putu Alit menyampaikan bahwa pihaknya siap menjalin kerja sama lebih erat dengan pemerintah pusat, khususnya dengan Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI).
“Kami siap bersinergi dengan pemerintah pusat, provinsi, maupun kabupaten/kota, terutama dalam hal penyelarasan kurikulum dan standar vokasi,” jelasnya.
Selain itu, Putu Alit menekankan bahwa Royal Bali College tidak hanya berfokus pada kemampuan teknis, tetapi juga pembentukan karakter dan kesiapan mental bagi para lulusan. Menurutnya, banyak tantangan yang dihadapi pekerja migran di luar negeri tidak terkait kemampuan kerja, melainkan adaptasi dan mentalitas.
“Kecakapan teknis saja tidak cukup. Mentalitas kerja, adaptasi terhadap budaya baru, kemampuan bahasa, dan ketahanan diri adalah aspek-aspek penting yang terus kami tanamkan,” katanya.
Ia juga mengapresiasi kehadiran para pejabat dari kementerian dan pemerintah daerah pada acara wisuda tersebut, yang menurutnya menjadi bukti adanya perhatian dan komitmen bersama untuk menciptakan tenaga kerja profesional dari Bali.
“Dengan dukungan pemerintah, dunia industri, dan para mitra kerja, saya yakin lulusan Bali Royal College dapat menjadi bagian dari SDM unggul yang membanggakan Bali dan Indonesia,” pungkasnya.
Dengan beragam program studi, dukungan instruktur berpengalaman, jaringan penempatan tenaga kerja yang luas, serta kerja sama kuat dengan pemerintah dan stakeholder internasional, Royal Bali College kembali membuktikan diri sebagai salah satu institusi vokasi terbaik di Bali.
Wisuda IX ini bukan hanya menjadi penanda keberhasilan para lulusan, tetapi juga cerminan komitmen RBC dalam membangun SDM unggul yang siap bersaing di tingkat global, menjadikan Bali sebagai pusat penyedia tenaga kerja hospitality kelas dunia.







0 comments:
Posting Komentar