Jakarta (aspirasibali.my.id)
Anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan Daerah Pemilihan (Dapil) Bali, I Nyoman Parta, kembali menyoroti persoalan impor daging babi yang dinilai merugikan peternak lokal. Parta meminta pemerintah segera menghentikan praktik impor tersebut demi melindungi keberlanjutan usaha peternakan babi di dalam negeri, khususnya di Bali yang selama ini menjadi salah satu sentra penghasil babi nasional.
Desakan itu disampaikan usai mengikuti Rapat Kerja terkait komoditas strategis di Jakarta, Rabu (26/11). Menurutnya, momen tersebut dimanfaatkan untuk menyampaikan langsung aspirasi para peternak dari berbagai daerah.
“Selesai Raker urusan komoditas strategis, saya manfaatkan waktu menyampaikan pesan para peternak Babi di seluruh Indonesia. Khususnya Bali, agar Menteri Perdagangan dan Menteri Pertanian mengkaji kembali dan bahkan menghentikan import daging Babi dari luar negeri,” ujarnya.
Parta menyampaikan bahwa Menteri Perdagangan Budi Santoso serta Wakil Menteri Pertanian Sudaryono merespons positif masukan tersebut. Keduanya, kata Parta, berjanji akan membahasnya secara lebih mendalam dan menargetkan pengurangan impor secara bertahap hingga akhirnya tidak ada lagi impor daging babi ke Indonesia.
“Beliau Menteri Perdagangan Budi Santoso dan Wakil Menteri Pertanian Sudaryono berjanji akan segera merapatkan dan setiap tahun akan dikurangi sampai tidak impor daging Babi lagi,” katanya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor daging babi menunjukkan tren fluktuatif dalam tiga tahun terakhir. Pada 2023 tercatat sebanyak 4.875 ton, meningkat pada 2024 menjadi 7.458 ton, dan sepanjang Januari–Juli 2025 telah mencapai 5.741 ton.
Impor daging babi tersebut berasal dari sejumlah negara, antara lain Amerika Serikat, Denmark, Jepang, dan Spanyol.
Parta berharap langkah konkrit pemerintah dapat segera diwujudkan, mengingat impor daging babi tidak hanya menekan harga di tingkat peternak, tetapi juga mengganggu stabilitas produksi nasional. Menurutnya, keberpihakan pemerintah pada peternak lokal menjadi kunci dalam menjaga ketahanan komoditas peternakan di Indonesia.







0 comments:
Posting Komentar