Foto: Ketua Dewan Penasehat DPD Partai Hanura Bali, Ida Bagus Kiana, SH,MAP.
Denpasar (AspirasiBali)
Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) resmi menerbitkan Surat Keputusan (SK) Nomor SKEP/050/DPP-P.HANURA/X/2025 tentang Susunan Kepengurusan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Hanura Provinsi Bali periode 2025–2030.
SK tersebut ditandatangani langsung oleh Ketua Umum DPP Partai Hanura, Dr. H. Oesman Sapta, bersama Sekretaris Jenderal Benny Rhamdani, tertanggal 7 Oktober 2025. Dalam keputusan itu, Gde Wirajaya Wisna, SE, S.Kom dipercaya memimpin DPD Partai Hanura Bali sebagai Ketua, didampingi I Wayan Buda Parwata, SP sebagai Sekretaris, dan Megawati sebagai Bendahara.
Kepengurusan baru ini juga diperkuat dengan hadirnya sejumlah figur senior dan tokoh berpengalaman. Posisi Dewan Penasehat diisi oleh Ida Bagus Kiana, SH,MAP., politikus kawakan asal Sanur yang pernah duduk di DPRD Kota Denpasar. Sementara Dewan Pakar dipercayakan kepada akademisi sekaligus notaris, Dr. Drs. Nengah Renaya, SH, Spd, MKn, MHum, yang juga merupakan kakak kandung Kepala Kejaksaan Tinggi Bali, I Ketut Sumedana.
Menanggapi komposisi kepengurusan baru ini, Ketua Dewan Penasehat DPD Partai Hanura Bali, Ida Bagus Kiana, SH,MAP., mengaku cukup terkejut dengan antusiasme masyarakat yang masih tinggi terhadap partai berlambang hati nurani tersebut.
“Kami sebenarnya cukup terkejut, karena ternyata masih banyak yang mau bersimpati kepada Hanura. Mengapa saya katakan begitu? Karena sebelumnya Hanura yang dulu memiliki 17 kursi, kini hanya tersisa 6. Namun ternyata masyarakat masih banyak yang ingin ikut bergabung dan menjadi pengurus. Mereka ingin membantu mengembalikan kejayaan Hanura seperti pada masa kami di awal 2000-an, saat Hanura masih berjaya,” ujarnya.
Menurut Ida Bagus Kiana, komposisi kepengurusan kali ini benar-benar diisi oleh sosok-sosok terpilih dan berpengaruh.
“Komposisinya kali ini berisi orang-orang yang benar-benar terpilih, termasuk salah satunya kakak dari pihak Kejaksaan Tinggi yang menjadi Ketua Pakar,” katanya.
Ia juga mengungkapkan bahwa penunjukannya sebagai Ketua Dewan Penasehat didasarkan pada pengalaman panjangnya di dunia politik. Selain itu, posisinya tersebut dipercaya karena dianggap sebagai sosok yang paling senior dan dinilai mampu memberikan pandangan serta arahan bagi jalannya organisasi.
“Saya sendiri didapuk sebagai Ketua Dewan Penasehat, mungkin karena pengalaman kami di dunia politik. Mungkin juga karena dianggap paling senior dan bisa memberikan pandangan,” tambahnya.
Lebih jauh, Ida Bagus Kiana menegaskan bahwa upaya membesarkan partai tidak dapat hanya bergantung pada gagasan semata, melainkan harus diwujudkan melalui kerja nyata yang menyeluruh di semua tingkatan. Ia menilai, kepemimpinan yang aktif dalam mempromosikan diri dan menghasilkan gagasan yang baik akan menjadi kunci untuk menarik simpati rakyat, karena dukungan dan kepercayaan masyarakat merupakan faktor penting yang memudahkan kerja partai di daerah.
“Menurut saya selaku orang politik, untuk membesarkan partai tidak bisa hanya dengan ide-ide saja. Dalam politik, kerja harus menyeluruh, dari tingkat atas sampai bawah. Jika pimpinan di atas tidak aktif mempromosikan diri dan tidak menelurkan gagasan yang baik, rakyat tidak akan mendengar, tidak akan simpati. Padahal simpati rakyat inilah yang memudahkan kerja di daerah,” tegasnya.
Namun, ia mengakui bahwa dunia politik tidak semudah seperti yang dikonsepkan di atas kertas. Menurutnya, keberhasilan partai sangat bergantung pada kualitas kader yang maju sebagai calon, karena politik pada hakikatnya merupakan upaya merebut kekuasaan, baik di legislatif maupun eksekutif. Ia menilai tantangan tersebut semakin berat mengingat persaingan dengan partai-partai besar di Bali yang sudah memiliki basis kekuatan.
“Tapi politik tidak semudah yang dikonsepkan. Politik sangat bergantung pada siapa kader-kader yang akan maju menjadi calon. Itu memegang peranan besar, karena politik adalah tentang merebut kekuasaan, baik legislatif maupun eksekutif. Dan itu tidak mudah, mengingat persaingan dengan partai-partai besar di Bali yang sudah sangat kuat,” ujarnya.
Meski demikian, Ida Bagus Kiana tetap optimistis dan menaruh harapan agar Hanura Bali dapat kembali meraih kejayaannya seperti pada masa keemasan sebelumnya. Ia menargetkan perolehan kursi DPR dapat meningkat mendekati capaian terdahulu, di mana Hanura pernah memiliki 17 kursi. Bersama jajaran Dewan Penasehat, ia berkomitmen untuk berperan dalam memberikan arahan dan strategi guna mengembalikan kekuatan partai seperti sedia kala.
“Dulu kami punya perwakilan di provinsi, dan di kabupaten/kota juga. Hasil pemilu 2019 kami mempunyai 17 anggota dewan di DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota. Harapan kita bisa mengembalikan kejayaan Partai Hanura seperti Hasil Pemilu 2019,” ungkapnya.
Meski tidak lagi aktif di legislatif, ia menegaskan bahwa Dewan Penasehat tetap memiliki peran strategis dalam mengarahkan langkah politik partai. Menurutnya, keterlibatan dalam dunia politik merupakan hal yang tak terpisahkan, terutama bagi kalangan yang berlatar belakang hukum.
Ia menilai, pemahaman terhadap politik menjadi penting karena setiap undang-undang dan peraturan daerah dibentuk melalui proses politik, bahkan berdirinya negara pun merupakan hasil dari proses tersebut. Pandangan negatif terhadap politik, menurutnya, muncul karena masih banyak yang belum memahami esensinya secara mendalam.
“Karena kami orang hukum kami harus menguasai dunia politik. Mengapa? Karena semua undang-undang dan perda dibentuk melalui proses politik. Negara pun berdiri lewat proses politik. Jadi kalau ada yang bilang politik itu jahat, saya pikir mereka hanya belum paham dan belum belajar,” jelasnya.
Ia juga menekankan pentingnya berpikir jernih dan objektif dalam menyikapi dinamika politik. Menurutnya, setiap persoalan harus dilihat berdasarkan fakta, bukan prasangka. Dengan cara itu, hubungan antarsesama dapat terjaga tanpa ketegangan yang tidak perlu. Namun, apabila ditemukan hal yang tidak benar, ia menilai kritik tetap harus disampaikan, termasuk terhadap pemerintah, asalkan dilakukan dengan dasar yang obyektif dan berlandaskan pada kebenaran fakta.
“Makanya konsep hidup yang saya pegang: jangan berprasangka buruk, tapi lihatlah fakta. Dengan begitu kita tidak akan tegang dengan teman-teman. Tapi kalau faktanya memang ada yang tidak benar, tentu harus dikritik, termasuk kalau pemerintahnya tidak benar, harus dikritisi juga. Namun dasarnya tetap sama: jangan berprasangka buruk dulu, lihat faktanya dulu,” katanya.
Saat menyinggung peluang kebangkitan Partai Hanura Bali pada Pemilu 2029, Ida Bagus Kiana menilai peluang tersebut masih terbuka, meski dengan target yang realistis. Ia menyebut peningkatan perolehan kursi dari kondisi saat ini sangat mungkin terjadi. Dengan komposisi kepengurusan yang diisi oleh figur-figur berpengaruh dan berpengalaman, ia optimistis Hanura Bali dapat meningkatkan jumlah kursi legislatif pada 2029 dibandingkan hasil Pemilu 2024 sebelumnya.
“Saya realistis saja, mungkin untuk 2029 belum sampai ke situ. Tapi peningkatan dari kondisi sekarang tentu masih sangat mungkin. Sekarang saja kita masih punya sekitar 6 atau 7 kursi. Kalau bisa naik jadi 10 atau bahkan 14, itu sudah luar biasa. Dan melihat komposisi kepengurusan yang sekarang, yang berisi orang-orang berpengaruh dan berpengalaman, saya cukup optimis, jumlah kursi di tahun 2029 akan meningkat dari hasil pemilu 2024 kemarin,” ujarnya optimistis.
Ida Bagus Kiana menyampaikan rasa syukur dan kebanggaan atas kepercayaan yang kembali diberikan oleh DPP Partai Hanura kepadanya sebagai Ketua Dewan Penasehat. Ia menilai kepercayaan tersebut merupakan bentuk penghargaan terhadap pola pikir yang selama ini ia pegang, yakni mengedepankan nilai-nilai pengayoman, kedamaian, ketenangan, serta kebersamaan yang dinilai masih relevan dan dibutuhkan dalam perjalanan politik partai.
“Kami juga bangga karena masih dipercaya oleh pusat sebagai Ketua Dewan Penasehat. Itu berarti pola pikir kami yang mengedepankan pengayoman, kedamaian, ketenangan, dan kebersamaan masih dianggap relevan dan dibutuhkan,” pungkasnya.